Halaman

Rabu, 23 November 2011

Bagaimana Menjadikan Tulisan itu Baik?

Kegiatan menulis memang menyenangkan, apalagi bagi yang sudah hobi dalam bidang menggoreskan pena. Sepertinya setiap apa yang dilihat rasanya gatal ingin menuliskannya. Namun, apakah kita sudah termasuk penulis yang baik? Bagaimanakah kriteria seorang penulis yang baik?

Menurut saya, jika kalian ingin menjadi penulis ya menulis saja. Tidak usah berpacu pada "Apakah aku sudah termasuk penulis yang berkriteria baik?". Teruslah menulis dan menulis. Apapun itu. Dari sekian banyak buku dan artikel yang membahas tentang cara menulis yang baik, bagaimana agar tulisan menjadi menarik, kriteria sebuah tulisan menjadi baik dan masih banyak lagi artikel yang memuat tentang tips- tips dalam menulis. Namun, apa yang saya dapat? Saya tidak pernah berpacu pada tips- tips itu, hanya segelintir saja yang dipraktekkan. Menulis sejatinya adalah menuliskan apa yang ada di pikiran kita, sesuatu yang mengganjal di benak kita. Yang penting menulis dulu, tidak mungkin kan jika kita punya cita- cita sebagai penulis tapi tidak pernah menulis dan meninggalkan jejak- jejak pena!

Namun tidak ada salahnya jika kita menengok sebentar bagaimana menilai tulisan kita baik dan layak untuk dipublikasikan. Antara lain dengan cara berikut ini seperti yang disebutkan oleh I Ketut Suweca dalam media Kompasiana :
  1. Tidak Terlalu Umum. Artikel Anda mesti mengandung unsur kebaruan. Hal-hal umum tidak masalah dikemukakan, tetapi harus berisi hal-hal baru juga di dalamnya. Naskah yang terlalu umum pasti akan ditolak redaksi. Alasannya, tidak ada sesuatu yang berharga yang bisa dipetik pembaca. 
  2. Memenuhi Unsur Aktualisasi. Artinya, jangan membuat naskah yang tidak relevan dengan isu-isu terkini. Isu-isu terkini perlu dikedepankan agar pembaca mendapatkan informasi yang terbaru. Kalau pun, misalnya, Anda harus rmemaparkan sejarah sebuah kota, misalnya, maka seyogianya tetap kontekstual.
  3. Tidak mengganggu keharmonisan hidup dengan menyinggung SARA (suku, agama, ras, antargolongan). Tidak ada media yang akan bersedia memuat artikel seperti itu, sebaliknya penulisnya bisa jadi dituduh provokator atau pemecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa. 
  4. Asli hasil karya Anda, bukan hasil plagiat karya orang lain. Kalau pun Anda mengutip pendapat penulis lain, sebutkan nama penulis asli atau buku sumbernya. Jangan pernah mengakui karya orang lain sebagai karya sendiri. Pantang bagi seorang penulis melakukan hal ini.  
  5. Tidak sedang dikirim juga ke media lain. Sama sekali tidak etis kalau artikel yang sama Anda kirim secara bersamaan ke lebih dari satu media. Kalau artikel Anda ternyata dimuat pada koran A dan B yang Anda kirimi artikel itu dan ketahuan oleh redaksi, nama Anda pasti di-blacklist oleh kedua media tersebut. Pastikan dulu artikel tersebut tidak dimuat di satu media, baru kirim ke media lain setelahnya. 
  6. Telah melewati proses editing yang ketat. Artikel yang Anda akan kirim harus diedit dengan cermat, baik kata-kata, ejaan, maupun isinya (penalarannya). Endapkan naskah itu sehari. Setelah mengendap sehari, biasanya penulis akan dapat melihat kekurangan-kekurangan pada naskah itu. Perbaiki lagi dengan teliti dan kirimlah. Hindari mengirim naskah dengan tergesa-gesa tanpa editing yang ketat. 
 Nah, demikianlah pemaparan yang disampaikan oleh salah satu sahabat saya di kompasiana dimana beliau adalah salah satu motivatorku dalam menulis. Tulisannya yang banyak membangun kembali fondasi menulis yang makin lama makin runtuh. Semoga tulisan di atas bisa membangun kembali semangat menulis teman- teman semua. Salam sayang... terus berkarya yaaa.... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar