Stres dan rambut rontok seringkali disebut memiliki hubungan sebab  akibat. Banyak orang beranggapan, stres dapat membuat rambut rontok  ataupun sebaliknya. 
Daniel K. Hall-Flavin, M.D, psikiater dari Mayo Clinic mengatakan,  stres dan rambut rontok memang punya keterkaitan satu sama lain.
Daniel  memaparkan, ada tiga kondisi penyebab rambut rontok yang dikaitkan  dengan stres tingkat tinggi. Ketiga kondisi yang perlu Anda ketahui  adalah :
1. Alopecia areata
Alopecia areata adalah suatu kondisi rambut  rontok yang umumnya terjadi pada daerah yang berbatas tegas seperti  kulit kepala. Banyak faktor penyebab alopesia areata, termasuk salah  satunya stres berat. Orang dengan alopecia areata, sel darah putih akan  menyerang folikel rambut, menghentikan pertumbuhan rambut, sehingga  membuat rambut rontok.
2. Telogen effluvium
Telogen effluvium adalah bentuk alopesia yang  ditandai dengan kerontokan rambut secara difus yang dapat terjadi  secara akut maupun kronis. Dalam kondisi ini, stres emosional atau stres  fisik turut mendorong pertumbuhan rambut masuk ke dalam fase istirahat.  Dalam beberapa bulan, rambut-rambut yang terkena efeknya akan tanggal  secara tiba-tiba. Misalnya, saat Anda sedang menyisir atau sedang  keramas.
3. Trikotilomania
Trikotilomania adalah gambaran kondisi kejiwaan  di mana orang memiliki kecenderungan menarik rambut, alis atau bagian  lain dari tubuh mereka sendiri. Orang dengan kondisi seperti ini  biasanya sedang mengalami masalah dengan perasaannya (tidak nyaman),  seperti stres, cemas, tegang, kelelahan, kesepian, atau frustrasi.
Stres dan rambut rontok tidak harus permanen. Jika Anda mampu  mengendalikan stres, besar kemungkinan rambut Anda akan tumbuh kembali.  Segera konsultasikan dengan dokter jika Anda melihat rambut rontok  tiba-tiba atau mengalami kerontokan yang tidak wajar ketika menyisir  atau mencuci rambut. Rambut rontok tiba-tiba merupakan sinyal dari  kondisi medis bahwa Anda perlu mendapatkan pengobatan.
Sumber : Tribunnews.com